Nov 23, 2007

Sebuah renungan tentang cinta

intermezo:
well, maap klo update blognya agak lama. Maklumlah, sebagai mahasiswa rajin dan teladan gw saat ini lagi disibukkan sama jutaan paper, ribuan presentasi dan ratusan tugas!!
arrrgghh! I think I need a whole month holiday!!

okay, awalnya sih gw blom ada niat buat update blog lagi, tapi tadi gw dapet e-mail dari temen gw yang cukup menarik. Dengan kemampuan otak gw yang seadanya ini gw mulai membaca dan memahami isi dari e-mail tersebut dan dengan kemampuan analisa gw yang dibawah rata² gw memutuskan klo tulisan itu bener² bagus and pantas gw share untuk kalian renungkan *anjjrroot bahasa gw!*

here we go...


"SUATU PANDANGAN YANG MENARIK TENTANG CINTA"

Sebuah Terjemahan Bebas dari "Did I marry the right person?"

Setiap ikatan memiliki siklus. Pada saat-saat awal sebuah hubungan, Anda merasakan jatuh cinta dengan pasangan anda. Telpon darinya selalu ditunggu-tunggu, begitu merindukan belaian, sayangnya, dan begitu menyukai perubahan sikap-sikapnya yang bersemangat dan begitu menyenangkan.

Jatuh cinta kepada pasangan bukanlah hal yang sulit. Jatuh cinta merupakan hal yang sangat alami dan pengalaman yang begitu spontan. Ngga perlu berbuat apapun, makanya dikatakan "jatuh" cinta...

Orang yang sedang kasmaran kadang mengatakan "aku mabuk cinta". Bayangkan ekspresi tersebut! Seakan-akan anda sedang berdiri tanpa melakukan apapun lalu tiba-tiba sesuatu datang dan terjadi begitu saja pada anda. Jatuh cinta itu mudah. Sesuatu yang pasif dan spontan.
Tapi, setelah beberapa tahun perkawinan, gempita cinta itu pun akan pudar, perubahan ini merupakan siklus alamiah dan terjadi pada SEMUA ikatan.
Perlahan tapi pasti, telpon darinya menjadi hal yang merepotkan, belaiannya ngga selalu diharapkan dan sikap-sikapnya yang besemangat bukannya jadi hal yang manis tapi malah nambahin penat yang ada..

Gejala-gejala pada tahapan ini bervariasi pada masing-masing individu, namun bila anda memikirkan tentang rumah tangga anda, anda akan mendapati perbedaaan yang dramatis antara tahap awal ikatan.
pada saat anda jatuh cinta, dengan kepenatan-kepenatan bahkan kemarahan pada tahapan-tahapan selanjutnya.
Dan, pada situasi inilah pertanyaan "Did I marry the right person?" mulai muncul, baik dari anda, dari pasangan anda, atau dari keduanya.. *Nah Lho..!!!*

Dan ketika anda maupun pasangan anda mencoba merefleksikan eforia cinta yang pernah terjadi, anda mungkin mulai berhasrat menyelami eforia-eforia cinta itu dengan orang lain dan ketika pernikahan itu akhirnya kandas, masing-masing sibuk menyalahkan pasangannya atas ketidakbahagiaan itu dan mencari pelampiasan di luar. Berbagai macam cara, bentuk dan ukuran untuk pelampiasan ini, mengingkari kesetiaan merupakan hal yang paling jelas. Sebagian orang memilih untuk menyibukan diri dengan pekerjaannya, hobinya, pertemanannya, nonton TV ~ sampe TVnya bosen ditonton, ataupun hal-hal yang menyolok lainnya.

Tapi tau ngga?!
Bahwa jawaban atas dilema ini ngga ada diluar, justru jawaban ini hanya ada di dalam pernikahan itu sendiri.
Selingkuh?? Ya, mungkin itu jawabannya. Saya ngga mengatakan kalo anda ngga boleh ataupun ngga bisa selingkuh, Anda bisa!
Bisa saja ataupun boleh saja anda selingkuh dan pada saat itu anda akan merasa lebih baik, tapi itu bersifat temporer, dan setelah beberapa tahun anda akan mengalami kondisi yang sama (seperti sebelumnya pada perkawinan anda).

Karena.. (pahamilah dengan seksama hal ini)

KUNCI SUKSES PERNIKAHAN BUKANLAH MENEMUKAN ORANG YANG TEPAT, NAMUN KUNCINYA ADALAH BAGAIMANA BELAJAR MENCINTAI ORANG YANG ANDA TEMUKAN, DAN TERUS MENERUS..!

last but not least:
love isn't by loving someone perfect but by loving someone imperfect, perfectly..

No comments: